Rangkuman Jurnal data sekunder 1:
Oleh
Liabriana NPM:10207655
Rinta Harjanti NPM:10207944
Kelas 3EA05
ANALISIS PERANAN PERBANKAN DALAM
MEMAJUKAN SEKTOR USAHA KECIL-MIKRO
YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
(STUDI KASUS DI KABUPATEN TOBA
SAMOSIR, PROPINSI SUMATERA UTARA)
(Rencana Proposal Penelitian)
Oleh:
Petrus F.T.P. Tampubolon
NRP. P062059394
pftpt@telkom.net
Ringkasan:
Kabupaten Toba Samosir dibentuk dengan Undang-Undang nomor 12 tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal. Kabupaten Toba Samosir merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara yang diresmikan pada tanggal 9 Maret 1999 oleh Menteri Dalam Negeri. Kabupaten Toba Samosir terletak di bagian tengah Propinsi Sumatera Utara di jajaran Bukit Barisan dengan topografi berbukit dan bergelombang. Secara geografis Kabupaten Toba Samosir terletak pada 2003’ – 2040’Lintang Utara, 98056’ - 99040’ dan 300 - 2.200 meter di atas permukaan laut.Kabupaten Toba Samosir berbatasan dengan Kabupaten Simalungun di sebelah Utara, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan 7 Labuhan Batu, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kabupaten Tapanuli Utara, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Samosir.
Kabupaten Toba Samosir, yang memiliki luas daratan 2.021,80 km2, terdiri dari 11 kecamatan dengan 192 desa/kelurahan, yaitu 179 desa dan 13 kelurahan. Dari 11 kecamatan tahun 2004, Habinsaran merupakan kecamatan dengan luas daratan terluas, yaitu 732,06 km2 atau 36,21%. Diurutan kedua Kecamatan Pintu Pohan Meranti dengan luas 386,95 km2 atau 19,14%. Sedangkan Sigumpar merupakan kecamatan yang memiliki luas daratan terkecil, yaitu 25,50 km2 atau 1,26%.
Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk tahun 2000, penduduk Kabupaten Toba Samosir berjumlah 174.382 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 88,39 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Toba Samosir tahun 2000 dibandingkan dengan tahun 1990 adalah sebesar 0,51%. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2004, jumlah penduduk Kabupaten Toba Samosir berjumlah 167.907 jiwa, dengan demikian laja pertumbuhan penduduk selama kurun waktu 2000 sampai 2004 adalah - 0,94%. Adapun jumlah rumah tangga sebesar 36.749 rumah tangga, dengan rata-rata anggota per rumah tangga tahun 2004 sekitar 4,6 jiwa. Balige yang merupakan ibukota Kabupaten Toba Samosir memiliki jumlah penduduk terbesar, yaitu 47.412 jiwa (28,24%) dengan 8.784 rumah tangga, disusul Kecamatan Porsea dengan 24.689 jiwa (14,70%) dengan 5.768 rumah tangga. Sedangkan Kecamatan Sigumpar merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit, yaitu 6.624 jiwa (3,94%) dengan 1.615 rumah tangga.Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Toba Samosir tahun 2004 sebesar 83,05 km2/jiwa. Berdasarkan kecamatan, keragaman tingkat kepadatan penduduk cukup heterogen. Balige sebagai ibukota kabupaten merupakan daerah yang paling padat, dengan tingkat kepadatan penduduk 410,49 jiwa/km2, diikuti Kecamatan Sigumpar dengan 259,76 jiwa/km2,. Sedangkan kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang paling rendah adalah Kecamatan Pintu Pohan Meranti yaitu hanya 20,49 jiwa/km2. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk perempuan Kabupaten Toba Samosir tahun 2004 lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk lakilaki. Sebagai perbandingan, rasio jenis kelamin tahun 2004 sebesar 97,14, artinya setiap 100 penduduk perempuan, terdapat 97 orang penduduk lakilaki.Atau dalam presentase dapat dinyatakan bahwa sekitar 50,73% merupakan penduduk perempuan dan sisanya 49,27% penduduk laki-laki. Besaran angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Toba Samosir atas dasar harga berlaku tahun 2004 sebesar Rp. 1.748.167,51 juta, menurun sebesar 13,22% dibandingkan tahun 2003. Sedangkan berdasarkan atas harga konstan tahun 2000, PDRB Kabupaten Toba Samosir tahun 2004 sebesar Rp. 1.285.571,32 juta, menurun sebesar 16,29% dibandingkan tahun 2003. Berdasarkan lapangan usa, sektor industri merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan PDRB (atas dasar harga berlaku) Kabupaten Toba Samosir tahun 2004. Kontribusi yang diberikan oleh sektor industri bagi pembentukan PDRB Kabupaten Toba Samosir adalah 38,17%. Sektor kedua yang memberikan kontribusi yang terbesar adalah sektor pertanian sebesar 32,76%. Sektor industri merupakan sektor yang menunjukkan penurunan yang cukup berarti dalam pembentukan PDRB tahun 2004, hal ini dapat dilihat 8 dari perannya tahun 2003 sebesar 50,62% turun tajam menjadi 38,17% pada tahun 2004. Sementara sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor terkecil dalam memberi kontribusi terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku yaitu hanya 0,28%. PDRB per kapita Kabupaten Toba Samosir atas dasar harga berlaku ahun 2004 sebesar Rp. 10.411.522,51 mengalami penurunan sebesar 13,65% bila dibanding tahun 2003. Sementara berdasarkan atas dasar harga constan, PDRB per kapita tahun 2004 sebesar Rp. 7.656.448,63 mengalami penurunan sebesar 16,69% dibanding tahun 2003.
: Toba Samosir dalam Angka 2004, BPS Kabupaten Toba Samosir.
Jumlah kredit yang disalurkan bank umum di Kabupaten Toba Samosir pada posisi bulan September 2004 sebesar Rp. 116.466 juta, artinya bahwa loan to deposit ratio (LDR) atau perbandingan antara jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana masyarakat yang disimpan di bank hanya sebesar 35,26%. Dengan nilai LDR 35,26%, perbankan masih mempunyai ruang yang cukup luas untuk meningkatkan perannya dalam menggerakkan
aktivitas perekonomian masyarakat. Pada waku yang sama, sektor yang paling besar mendapatkan kucuran dana kredit adalah sektor jasa sosial yang mencapai Rp. 36.336 juta atau 31,20%, disusul oleh sektor lain-lain sebesar Rp. 21.302 juta atau 18,29%. Sedangkan sektor yang mendapat kucuran kredit terkecil diluar sektor pertambangan dan listrik, gas dan air adalah sektor pengangkutan yang hanya mendapat Rp. 704 juta atau 0,60%.
Toba Samosir dalam Angka 2004, BPS Kabupaten Toba Samosir.
Jumlah kredit usaha kecil yang disalurkan perbankan pada posisi bulan September 2004 adalah Rp. 65.659 juta atau 56,38% dari total jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum. Sektor yang paling besar mendapatkan KUK adalah sektor perdagangan sebesar Rp. 33.151 juta. Pada saat yang sama, sektor perindustrian dan sektor pertanian yang memberikan kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Toba Samosir, yaitu Rp. 667,288.98 juta dan Rp. 572,631.29 juta, hanya memperoleh kucuran KUK masing-masing sebesar Rp. 3.154 juta (4,80% dari total KUK)dan Rp. 10.715 juta (16,32% dari total KUK). Dengan mempertimbangkan kontribusi sektor perindustrian dan sector pertanian dalam PDRB, maka perbankan berpeluang untuk meningkatkan penyaluran KUK pada kedua sektor ini sehingga diharapkan dapat lebih memacu peningkatan PDRB Kabupaten Toba Samosir.
4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kebijakan/regulasi yang
dikeluarkan perbankan dalam memajukan sektor usaha kecil-mikro
yang berwawasan lingkungan di wilayah Kabupaten Toba Samosir.
Berdasarkan hasil pengamatan sementara dan diskusi dengan praktisi/pakar perbankan (professional judgement), pendapat para pelaku usaha pada sektor ekonomi kecil-mikro dan uraian pada beberapa literatur, dapat dikemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas kebijakan/regulasi perbankan dalam memajukan sektor usaha kecil-mikro
yang berwawasan lingkungan, antara lain :
1. Tingkat suku bunga bank, baik tingkat bunga simpanan maupun tingkat
bunga pinjaman.
2. Persyaratan pengajuan dan pencairan kredit yang ditetapkan oleh bank.
3. Cara pengembalian kredit, termasuk jangka waktu pengembalian kredit.
4. Kesiapan dan kemampuan sumberdaya manusia / petugas perbankan
dalam memahami karakteristik usaha dan memahami karakteristik
pengusaha kecil-mikro.
5. Rasio antara proyeksi perolehan keuntungan dan biaya yang harus
dikeluarkan pengusaha kecil-mikro dalam menjalankan konsep usaha
yang berwawasan lingkungan.
Analisis data sekunder oleh:
Liabriana NPM: 10207655 Kelas:3EA5
Oleh
Liabriana NPM:10207655
Rinta Harjanti NPM:10207944
Kelas 3EA05
ANALISIS PERANAN PERBANKAN DALAM
MEMAJUKAN SEKTOR USAHA KECIL-MIKRO
YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
(STUDI KASUS DI KABUPATEN TOBA
SAMOSIR, PROPINSI SUMATERA UTARA)
(Rencana Proposal Penelitian)
Oleh:
Petrus F.T.P. Tampubolon
NRP. P062059394
pftpt@telkom.net
Ringkasan:
Kabupaten Toba Samosir dibentuk dengan Undang-Undang nomor 12 tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal. Kabupaten Toba Samosir merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara yang diresmikan pada tanggal 9 Maret 1999 oleh Menteri Dalam Negeri. Kabupaten Toba Samosir terletak di bagian tengah Propinsi Sumatera Utara di jajaran Bukit Barisan dengan topografi berbukit dan bergelombang. Secara geografis Kabupaten Toba Samosir terletak pada 2003’ – 2040’Lintang Utara, 98056’ - 99040’ dan 300 - 2.200 meter di atas permukaan laut.Kabupaten Toba Samosir berbatasan dengan Kabupaten Simalungun di sebelah Utara, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan 7 Labuhan Batu, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kabupaten Tapanuli Utara, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Samosir.
Kabupaten Toba Samosir, yang memiliki luas daratan 2.021,80 km2, terdiri dari 11 kecamatan dengan 192 desa/kelurahan, yaitu 179 desa dan 13 kelurahan. Dari 11 kecamatan tahun 2004, Habinsaran merupakan kecamatan dengan luas daratan terluas, yaitu 732,06 km2 atau 36,21%. Diurutan kedua Kecamatan Pintu Pohan Meranti dengan luas 386,95 km2 atau 19,14%. Sedangkan Sigumpar merupakan kecamatan yang memiliki luas daratan terkecil, yaitu 25,50 km2 atau 1,26%.
Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk tahun 2000, penduduk Kabupaten Toba Samosir berjumlah 174.382 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 88,39 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Toba Samosir tahun 2000 dibandingkan dengan tahun 1990 adalah sebesar 0,51%. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2004, jumlah penduduk Kabupaten Toba Samosir berjumlah 167.907 jiwa, dengan demikian laja pertumbuhan penduduk selama kurun waktu 2000 sampai 2004 adalah - 0,94%. Adapun jumlah rumah tangga sebesar 36.749 rumah tangga, dengan rata-rata anggota per rumah tangga tahun 2004 sekitar 4,6 jiwa. Balige yang merupakan ibukota Kabupaten Toba Samosir memiliki jumlah penduduk terbesar, yaitu 47.412 jiwa (28,24%) dengan 8.784 rumah tangga, disusul Kecamatan Porsea dengan 24.689 jiwa (14,70%) dengan 5.768 rumah tangga. Sedangkan Kecamatan Sigumpar merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit, yaitu 6.624 jiwa (3,94%) dengan 1.615 rumah tangga.Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Toba Samosir tahun 2004 sebesar 83,05 km2/jiwa. Berdasarkan kecamatan, keragaman tingkat kepadatan penduduk cukup heterogen. Balige sebagai ibukota kabupaten merupakan daerah yang paling padat, dengan tingkat kepadatan penduduk 410,49 jiwa/km2, diikuti Kecamatan Sigumpar dengan 259,76 jiwa/km2,. Sedangkan kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang paling rendah adalah Kecamatan Pintu Pohan Meranti yaitu hanya 20,49 jiwa/km2. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk perempuan Kabupaten Toba Samosir tahun 2004 lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk lakilaki. Sebagai perbandingan, rasio jenis kelamin tahun 2004 sebesar 97,14, artinya setiap 100 penduduk perempuan, terdapat 97 orang penduduk lakilaki.Atau dalam presentase dapat dinyatakan bahwa sekitar 50,73% merupakan penduduk perempuan dan sisanya 49,27% penduduk laki-laki. Besaran angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Toba Samosir atas dasar harga berlaku tahun 2004 sebesar Rp. 1.748.167,51 juta, menurun sebesar 13,22% dibandingkan tahun 2003. Sedangkan berdasarkan atas harga konstan tahun 2000, PDRB Kabupaten Toba Samosir tahun 2004 sebesar Rp. 1.285.571,32 juta, menurun sebesar 16,29% dibandingkan tahun 2003. Berdasarkan lapangan usa, sektor industri merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan PDRB (atas dasar harga berlaku) Kabupaten Toba Samosir tahun 2004. Kontribusi yang diberikan oleh sektor industri bagi pembentukan PDRB Kabupaten Toba Samosir adalah 38,17%. Sektor kedua yang memberikan kontribusi yang terbesar adalah sektor pertanian sebesar 32,76%. Sektor industri merupakan sektor yang menunjukkan penurunan yang cukup berarti dalam pembentukan PDRB tahun 2004, hal ini dapat dilihat 8 dari perannya tahun 2003 sebesar 50,62% turun tajam menjadi 38,17% pada tahun 2004. Sementara sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor terkecil dalam memberi kontribusi terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku yaitu hanya 0,28%. PDRB per kapita Kabupaten Toba Samosir atas dasar harga berlaku ahun 2004 sebesar Rp. 10.411.522,51 mengalami penurunan sebesar 13,65% bila dibanding tahun 2003. Sementara berdasarkan atas dasar harga constan, PDRB per kapita tahun 2004 sebesar Rp. 7.656.448,63 mengalami penurunan sebesar 16,69% dibanding tahun 2003.
: Toba Samosir dalam Angka 2004, BPS Kabupaten Toba Samosir.
Jumlah kredit yang disalurkan bank umum di Kabupaten Toba Samosir pada posisi bulan September 2004 sebesar Rp. 116.466 juta, artinya bahwa loan to deposit ratio (LDR) atau perbandingan antara jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana masyarakat yang disimpan di bank hanya sebesar 35,26%. Dengan nilai LDR 35,26%, perbankan masih mempunyai ruang yang cukup luas untuk meningkatkan perannya dalam menggerakkan
aktivitas perekonomian masyarakat. Pada waku yang sama, sektor yang paling besar mendapatkan kucuran dana kredit adalah sektor jasa sosial yang mencapai Rp. 36.336 juta atau 31,20%, disusul oleh sektor lain-lain sebesar Rp. 21.302 juta atau 18,29%. Sedangkan sektor yang mendapat kucuran kredit terkecil diluar sektor pertambangan dan listrik, gas dan air adalah sektor pengangkutan yang hanya mendapat Rp. 704 juta atau 0,60%.
Toba Samosir dalam Angka 2004, BPS Kabupaten Toba Samosir.
Jumlah kredit usaha kecil yang disalurkan perbankan pada posisi bulan September 2004 adalah Rp. 65.659 juta atau 56,38% dari total jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum. Sektor yang paling besar mendapatkan KUK adalah sektor perdagangan sebesar Rp. 33.151 juta. Pada saat yang sama, sektor perindustrian dan sektor pertanian yang memberikan kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Toba Samosir, yaitu Rp. 667,288.98 juta dan Rp. 572,631.29 juta, hanya memperoleh kucuran KUK masing-masing sebesar Rp. 3.154 juta (4,80% dari total KUK)dan Rp. 10.715 juta (16,32% dari total KUK). Dengan mempertimbangkan kontribusi sektor perindustrian dan sector pertanian dalam PDRB, maka perbankan berpeluang untuk meningkatkan penyaluran KUK pada kedua sektor ini sehingga diharapkan dapat lebih memacu peningkatan PDRB Kabupaten Toba Samosir.
4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kebijakan/regulasi yang
dikeluarkan perbankan dalam memajukan sektor usaha kecil-mikro
yang berwawasan lingkungan di wilayah Kabupaten Toba Samosir.
Berdasarkan hasil pengamatan sementara dan diskusi dengan praktisi/pakar perbankan (professional judgement), pendapat para pelaku usaha pada sektor ekonomi kecil-mikro dan uraian pada beberapa literatur, dapat dikemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas kebijakan/regulasi perbankan dalam memajukan sektor usaha kecil-mikro
yang berwawasan lingkungan, antara lain :
1. Tingkat suku bunga bank, baik tingkat bunga simpanan maupun tingkat
bunga pinjaman.
2. Persyaratan pengajuan dan pencairan kredit yang ditetapkan oleh bank.
3. Cara pengembalian kredit, termasuk jangka waktu pengembalian kredit.
4. Kesiapan dan kemampuan sumberdaya manusia / petugas perbankan
dalam memahami karakteristik usaha dan memahami karakteristik
pengusaha kecil-mikro.
5. Rasio antara proyeksi perolehan keuntungan dan biaya yang harus
dikeluarkan pengusaha kecil-mikro dalam menjalankan konsep usaha
yang berwawasan lingkungan.
Analisis data sekunder oleh:
Liabriana NPM: 10207655 Kelas:3EA5
ANALISIS PERANAN PERBANKAN DALAM
MEMAJUKAN SEKTOR USAHA KECIL-MIKRO
YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
(STUDI KASUS DI KABUPATEN TOBA
SAMOSIR, PROPINSI SUMATERA UTARA)
(Rencana Proposal Penelitian)
Oleh:
Petrus F.T.P. Tampubolon
NRP. P062059394
pftpt@telkom.net
MEMAJUKAN SEKTOR USAHA KECIL-MIKRO
YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
(STUDI KASUS DI KABUPATEN TOBA
SAMOSIR, PROPINSI SUMATERA UTARA)
(Rencana Proposal Penelitian)
Oleh:
Petrus F.T.P. Tampubolon
NRP. P062059394
pftpt@telkom.net
peranan perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasi di Kabupaten Toba Samosir masih belum berjalan optimal. Tingkat LDR sebesar 35,26% yang ada saat ini masih berpotensi untuk dapat ditingkatkan secara bertahap sehingga dapat lebih menggerakkan aktivitas perekonomian masyarakat tanpa harus merusak lingkungan dan sumberdaya alam yang ada.
Beberapa rekomendasi yang diajukan untuk dapat meningkatkan peranan perbankan di Kabupaten Toba Samosir antara lain :
1. Membuat peta (mapping) potensi atas setiap jenis sektor ekonomi
berdasarkan :
a. Jumlah penyerapan tenaga kerja.
b. Tingkat pengembalian (kualitas) kredit.
c. Potensi dampak yang ditimbulkan terhadap kerusakan lingkungan.
2. Melibatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat sejak awal proses
pemberian dan pemantauan kredit.
3. Memberi kredit dalam kelompok-kelompok kecil dan tiap kelompok
dipimpin oleh satu orang ketua. Resiok gagal bayar oleh salah seorang
anggota kelompok dalam kelompok tertentu akan ditanggung bersamasama
(tanggung-renteng) oleh anggota kelompok lainnya.
4. Memberikan kredit dalam batas/radius tertentu yang masih dapat
terpantau dengan baik oleh petugas bank.
beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas kebijakan/regulasi perbankan dalam memajukan sektor usaha kecil-mikro
yang berwawasan lingkungan, antara lain :
1. Tingkat suku bunga bank, baik tingkat bunga simpanan maupun tingkat
bunga pinjaman.
2. Persyaratan pengajuan dan pencairan kredit yang ditetapkan oleh bank.
3. Cara pengembalian kredit, termasuk jangka waktu pengembalian kredit.
4. Kesiapan dan kemampuan sumberdaya manusia / petugas perbankan
dalam memahami karakteristik usaha dan memahami karakteristik
pengusaha kecil-mikro.
5. Rasio antara proyeksi perolehan keuntungan dan biaya yang harus
dikeluarkan pengusaha kecil-mikro dalam menjalankan konsep usaha
yang berwawasan lingkungan
Rangkuman Jurnal data sekunder 2:
Oleh
Liabriana NPM:10207655
Rinta Harjanti NPM:10207944
kelas 3EA05
PENGARUH FAKTOR INTERNAL BANK TERHADAP VOLUME KREDIT PADA BANK YANG GO PUBLIC DI INDONESIA
FRANCISCA
DRS. HASAN SAKTI SIREGAR, M.Si, Ak
Universitas Sumatera Utara
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh bank-bank yang go public di Indonesia dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Jumlah populasi yang ada adalah 23 bank pada tahun 2005, 26 bank pada tahun 2006 dan 31 bank pada tahun 2007. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2004:78). Beberapa pertimbangan yang digunakan dalam menentukan sampel adalah:
1. Bank-bank tersebut terdaftar di Bursa Efek Jakarta (Indonesia) pada tahun 2005, 2006 dan 2007
2. Bank-bank tersebut tidak sedang berada dalam proses delisting pada periode tersebut,
3. Menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan pada periode 2005-2007.
Hasil seleksi dengan menggunakan metode purposive sampling mendapatkan 66 sampel penelitian.
Variabel Penelitian
Variabel independen (bebas), merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain (Umar, 2003:50). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, return on asset dan non performing loan. Variabel independen disimbolkan dengan “X1” (dana pihak ketiga atau DPK), “X2” (capital adequacy ratio atau CAR), “X3” (return on asset atau ROA) dan “X4” (non performing loan atau NPL).
Variabel dependen (terikat), merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah jumlah atau volume penyaluran kredit. Variabel dependen disimbolkan dengan “Y”.
Menurut Jogiyanto (2004:62), “Definisi operasional adalah menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionaliasikan di dalam riset”.
a. Dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana bank yang dihimpun dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dari deposito (Abdullah, 2005:33).
b. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio / CAR) digunakan untuk mengukur kecukupan modal bank dalam menyanggah resiko dari aktiva bank (Dendawijaya, 2005:121). Menurut Siamat (2005:254) “perhitungan rasio kecukupan modal dilakukan dengan menbandingkan jumlah modal yang dimiliki (modal inti dan modal pelengkap) bank dengan aktiva tertimbang menurut resiko”. Dalam menghitung aktiva tertimbang menurut resiko, terhadap masing-masing aktiva diberikan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada kadar resiko yang terkandung padaaktiva
Pembahasan hasil penelitian
Dari hasil pengujian variabel secara parsial, variabel dana pihak ketiga (DPK) dan ROA (return on asset) berpengaruh signifikan terhadap volume kredit sedangkan CAR (capital adequacy ratio) dan NPL (non performing loan) tidak berpengaruh signifikan terhadap volume kredit. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung dan t tabel serta signifikansi masing-masing variabel tersebut.
Dana pihak ketiga (DPK) dapat digunakan memprediksi volume kredit. Dari hasil uji statistik yang dilakukan, dana pihak ketiga memiliki pengaruh positif terhadap volume kredit. Hasil uji t , LN_DPK yang menunjukkan variabel dana pihak ketiga memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 artinya variabel dana pihak ketiga (DPK) secara parsial berpengaruh terhadap volume kredit. Hasil ini mendukung teori yang dikemukan oleh Warjiyo (2005:432) yang mengatakan bahwa dana yang dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit dan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak seperti yang disebutkan dalan UU No.10 tahun 1998. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Meydianawathi (2006) dan Harmanta dan Ekananda (2005) yang menunjukkan bahwa peningkatan dana pihak ketiga akan diikuti dengan peningkatan penyaluran volume kredit oleh perbankan.
CAR (Capital Adequacy Ratio) tidak dapat digunakan untuk memprediksi volume kredit karena dari hasil uji secara parsial menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel ini dengan volume kredit, dimana nilai signifikansi t sebesar 0,727 yang lebih besar dari 0,05 . Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan sampel yang digunakan. Meskipun hasilnya tidak signifikan, bukan berarti bank dapat mengabaikan CAR dalam penyaluran kredit karena kecukupan modal bank sering terganggu karena penyaluran kredit yang berlebihan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Meydianawathi (2006), yang menemukan bahwa capital adequacy ratio berpengaruh signifikan terhadap volume kredit.
ROA (Return on asset) dapat digunakan untuk memprediksi volume kredit. Hasil uji t , LN_ROA yang menunjukkan variabel return on asset memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,012 yang lebih kecil dari 0,05 artinya variabel return on asset (ROA) secara parsial berpengaruh terhadap volume kredit. Hasil ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Muliaman Hadad (2004:22) yang mengatakan return on asset yang tinggi menunjukkan bank telah menyalurkan kredit dan memperoleh pendapatan, sehingga diperkirakan return on asset dan volume kredit memiliki hubungan yang positif. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mahrinasari (2003) yang menunjukkan return on asset (ROA) mempunyai hubungan positif dengan volume kredit.
NPL (Non performing loan) tidak dapat digunakan untuk memprediksi volume kredit karena dari hasil uji secara parsial menunjukkan pengaruh negatif tetapi tidak signifikan antara variabel ini dengan volume kredit, dimana nilai signifikansi t sebesar 0,093 yang lebih besar dari 0,05 . Perbedaan ini kemungkinan disebabkan perbedaan sampel yang digunakan. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan yang mengatakan kredit bermasalah berbanding terbalik dengan volume kredit. Namun hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Meydianawathi (2006), yang menemukan NPL berpengaruh signifikan terhadap volume kredit. Hasil ini juga berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harmanta dan Ekananda (2005).
Dari hasil pengujian secara bersama-sama, dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, return on asset dan non performing loan berpengaruh signifikan terhadap volume kredit , yang ditunjukkan dengan nilai F hitung > F tabel dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Nilai adjusted R square 0,937 mengindikasikan bahwa 93,7% variasi perubahan dalam volume kredit dapat dijelaskan oleh variabel dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, return on asset dan non performing loan. Sedangkan sisanya 6,3% dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Dengan demikian berarti kemampuan variabel independen dalam memprediksi variabel dependen tinggi
Analisis jurnal data sekunder:
Liabriana NPM :10207655 Kelas:3EA05
PENGARUH FAKTOR INTERNAL BANK TERHADAP VOLUME KREDIT PADA BANK YANG GO PUBLIC DI INDONESIA
FRANCISCA
DRS. HASAN SAKTI SIREGAR, M.Si, Ak
Universitas Sumatera Utara
Variabel dalam jurnal ini terdiri dari variable independen yang terdiri dariDPK,CAR,OA,dan NPL,dimana regresi ini mempunyai pengaruh signifikan secara simultan atau tidak terhadap volume kredit dilakukan dengan uji F(F test).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah jumlah atau volume penyaluran kredit. Variabel dependen disimbolkan dengan “Y”. Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi mempunyai pengaruh yang nyata atau signifikan terhadap variabel dependen, dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t (T test).
a. dana pihak ketiga (X1) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap volume kredit. Hal ini dapat dilihat dari t hitung > t tabel (28,885 > 1,999) dan nilai signifikan (0,000 > 0,05). Pengaruh positif dan signifikan dana pihak ketiga terhadap volume kredit sebesar 0,912 artinya setiap kenaikan dana pihak ketiga sebesar satu satuan (1%) akan diikuti kenaikan volume kredit sebesar 91,2%.
b. CAR (X2) memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap volume kredit. Besar t hitung <> 0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa tidak setiap kenaikan volume kredit akan diikuti oleh kenaikan modal, dimana bank tetap dapat meningkatkan kredit selama peningkatan kredit tersebut tidak menjadikan modal bank di bawah ketetapan 8 % Bank Indonesia.
c. ROA (X3) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap volume kredit. Besar t hitung > t tabel (2,583 > 1,999) dengan nilai signifikansi (0,012 < 0,05). Setiap kenaikan return on asset 1% akan diikuti dengan kenaikan volume kredit sebesar 18,3% .
d. NPL (X4) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap volume kredit. Besar t hitung > t tabel (1,706 <> 0,05).
e. variabel independen (dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, return on asset dan non performing loan) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (volume kredit).
kelas 3EA05
PENGARUH FAKTOR INTERNAL BANK TERHADAP VOLUME KREDIT PADA BANK YANG GO PUBLIC DI INDONESIA
FRANCISCA
DRS. HASAN SAKTI SIREGAR, M.Si, Ak
Universitas Sumatera Utara
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh bank-bank yang go public di Indonesia dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Jumlah populasi yang ada adalah 23 bank pada tahun 2005, 26 bank pada tahun 2006 dan 31 bank pada tahun 2007. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2004:78). Beberapa pertimbangan yang digunakan dalam menentukan sampel adalah:
1. Bank-bank tersebut terdaftar di Bursa Efek Jakarta (Indonesia) pada tahun 2005, 2006 dan 2007
2. Bank-bank tersebut tidak sedang berada dalam proses delisting pada periode tersebut,
3. Menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan pada periode 2005-2007.
Hasil seleksi dengan menggunakan metode purposive sampling mendapatkan 66 sampel penelitian.
Variabel Penelitian
Variabel independen (bebas), merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain (Umar, 2003:50). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, return on asset dan non performing loan. Variabel independen disimbolkan dengan “X1” (dana pihak ketiga atau DPK), “X2” (capital adequacy ratio atau CAR), “X3” (return on asset atau ROA) dan “X4” (non performing loan atau NPL).
Variabel dependen (terikat), merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah jumlah atau volume penyaluran kredit. Variabel dependen disimbolkan dengan “Y”.
Menurut Jogiyanto (2004:62), “Definisi operasional adalah menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionaliasikan di dalam riset”.
a. Dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana bank yang dihimpun dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dari deposito (Abdullah, 2005:33).
b. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio / CAR) digunakan untuk mengukur kecukupan modal bank dalam menyanggah resiko dari aktiva bank (Dendawijaya, 2005:121). Menurut Siamat (2005:254) “perhitungan rasio kecukupan modal dilakukan dengan menbandingkan jumlah modal yang dimiliki (modal inti dan modal pelengkap) bank dengan aktiva tertimbang menurut resiko”. Dalam menghitung aktiva tertimbang menurut resiko, terhadap masing-masing aktiva diberikan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada kadar resiko yang terkandung padaaktiva
Pembahasan hasil penelitian
Dari hasil pengujian variabel secara parsial, variabel dana pihak ketiga (DPK) dan ROA (return on asset) berpengaruh signifikan terhadap volume kredit sedangkan CAR (capital adequacy ratio) dan NPL (non performing loan) tidak berpengaruh signifikan terhadap volume kredit. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung dan t tabel serta signifikansi masing-masing variabel tersebut.
Dana pihak ketiga (DPK) dapat digunakan memprediksi volume kredit. Dari hasil uji statistik yang dilakukan, dana pihak ketiga memiliki pengaruh positif terhadap volume kredit. Hasil uji t , LN_DPK yang menunjukkan variabel dana pihak ketiga memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 artinya variabel dana pihak ketiga (DPK) secara parsial berpengaruh terhadap volume kredit. Hasil ini mendukung teori yang dikemukan oleh Warjiyo (2005:432) yang mengatakan bahwa dana yang dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit dan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak seperti yang disebutkan dalan UU No.10 tahun 1998. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Meydianawathi (2006) dan Harmanta dan Ekananda (2005) yang menunjukkan bahwa peningkatan dana pihak ketiga akan diikuti dengan peningkatan penyaluran volume kredit oleh perbankan.
CAR (Capital Adequacy Ratio) tidak dapat digunakan untuk memprediksi volume kredit karena dari hasil uji secara parsial menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel ini dengan volume kredit, dimana nilai signifikansi t sebesar 0,727 yang lebih besar dari 0,05 . Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan sampel yang digunakan. Meskipun hasilnya tidak signifikan, bukan berarti bank dapat mengabaikan CAR dalam penyaluran kredit karena kecukupan modal bank sering terganggu karena penyaluran kredit yang berlebihan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Meydianawathi (2006), yang menemukan bahwa capital adequacy ratio berpengaruh signifikan terhadap volume kredit.
ROA (Return on asset) dapat digunakan untuk memprediksi volume kredit. Hasil uji t , LN_ROA yang menunjukkan variabel return on asset memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,012 yang lebih kecil dari 0,05 artinya variabel return on asset (ROA) secara parsial berpengaruh terhadap volume kredit. Hasil ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Muliaman Hadad (2004:22) yang mengatakan return on asset yang tinggi menunjukkan bank telah menyalurkan kredit dan memperoleh pendapatan, sehingga diperkirakan return on asset dan volume kredit memiliki hubungan yang positif. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mahrinasari (2003) yang menunjukkan return on asset (ROA) mempunyai hubungan positif dengan volume kredit.
NPL (Non performing loan) tidak dapat digunakan untuk memprediksi volume kredit karena dari hasil uji secara parsial menunjukkan pengaruh negatif tetapi tidak signifikan antara variabel ini dengan volume kredit, dimana nilai signifikansi t sebesar 0,093 yang lebih besar dari 0,05 . Perbedaan ini kemungkinan disebabkan perbedaan sampel yang digunakan. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan yang mengatakan kredit bermasalah berbanding terbalik dengan volume kredit. Namun hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Meydianawathi (2006), yang menemukan NPL berpengaruh signifikan terhadap volume kredit. Hasil ini juga berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harmanta dan Ekananda (2005).
Dari hasil pengujian secara bersama-sama, dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, return on asset dan non performing loan berpengaruh signifikan terhadap volume kredit , yang ditunjukkan dengan nilai F hitung > F tabel dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Nilai adjusted R square 0,937 mengindikasikan bahwa 93,7% variasi perubahan dalam volume kredit dapat dijelaskan oleh variabel dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, return on asset dan non performing loan. Sedangkan sisanya 6,3% dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Dengan demikian berarti kemampuan variabel independen dalam memprediksi variabel dependen tinggi
Analisis jurnal data sekunder:
Liabriana NPM :10207655 Kelas:3EA05
PENGARUH FAKTOR INTERNAL BANK TERHADAP VOLUME KREDIT PADA BANK YANG GO PUBLIC DI INDONESIA
FRANCISCA
DRS. HASAN SAKTI SIREGAR, M.Si, Ak
Universitas Sumatera Utara
Variabel dalam jurnal ini terdiri dari variable independen yang terdiri dariDPK,CAR,OA,dan NPL,dimana regresi ini mempunyai pengaruh signifikan secara simultan atau tidak terhadap volume kredit dilakukan dengan uji F(F test).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah jumlah atau volume penyaluran kredit. Variabel dependen disimbolkan dengan “Y”. Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi mempunyai pengaruh yang nyata atau signifikan terhadap variabel dependen, dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t (T test).
a. dana pihak ketiga (X1) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap volume kredit. Hal ini dapat dilihat dari t hitung > t tabel (28,885 > 1,999) dan nilai signifikan (0,000 > 0,05). Pengaruh positif dan signifikan dana pihak ketiga terhadap volume kredit sebesar 0,912 artinya setiap kenaikan dana pihak ketiga sebesar satu satuan (1%) akan diikuti kenaikan volume kredit sebesar 91,2%.
b. CAR (X2) memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap volume kredit. Besar t hitung <> 0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa tidak setiap kenaikan volume kredit akan diikuti oleh kenaikan modal, dimana bank tetap dapat meningkatkan kredit selama peningkatan kredit tersebut tidak menjadikan modal bank di bawah ketetapan 8 % Bank Indonesia.
c. ROA (X3) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap volume kredit. Besar t hitung > t tabel (2,583 > 1,999) dengan nilai signifikansi (0,012 < 0,05). Setiap kenaikan return on asset 1% akan diikuti dengan kenaikan volume kredit sebesar 18,3% .
d. NPL (X4) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap volume kredit. Besar t hitung > t tabel (1,706 <> 0,05).
e. variabel independen (dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, return on asset dan non performing loan) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (volume kredit).